Sebelum mengetahui cara menanam pohon Jati, perlu dipelajari terlebih dahulu seluk beluk pohon jati tersebut, yang merupakan kayu komersial dengan harga jual yang tinggi, dapat dijadikan investasi masa depan.
Jati (Tectona
grandis L.f.) terkenal sebagai kayu pohon komersial bermutu tinggi yang sering dijadikan kayu furniture, termasuk dalam
famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma,
Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia tanaman jati terdapat di
beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar
3-6 bulan per tahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300
mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang
banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral
hingga asam. Menurut T.Altona, penanaman jati yang pertama dilakukan oleh orang hindu
yang datang ke Jawa. Sehingga terkesan, jati didatangkan oleh orang hindu
atau negeri hindulah tempat asli dari jati. Pendapat ini diperkuat oleh
seorang ahli botani, Charceus yang mengatakan bahwa jati di Pulau Jawa
berasal dari India yang dibawa sejak tahun 1500 SM sampai abad ke- 7 Masehi.
Kontroversi ini kemudian terjawab dengan penelitian marker genetik
menggunakan teknik isoenzyme yang dilakukan oleh Kertadikara pada tahun
1994. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jati yang tumbuh di Indonesia (Jawa)
merupakan jenis asli. Jati ini telah mengalami mekanisme adaptasi khusus
sesuai dengan keadaan iklim dan edaphis yang berkembang puluhan hingga
ratusan ribu tahun sejak zaman quarternary dan pleistocene di asia Tenggara.
Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas awet II. Penyebab keawetan dalam
kayu teras Jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu jati mengandung 47,5% sellulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4 % abu dan
0,4-1,5% silika.
Kayu Jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan
masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta
furniture perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah,
serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati digunakan
sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri
perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi
di daerah tropis.
Perkembangan teknologi khususnya dalam bidang rekayasa
genetik (Pemuliaan Pohon / Tree Improvement) telah menghadirkan jati varietas unggul. Jati yang dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan
komparatif berdaur pendek (± 15 tahun), sedikit cabang, batang lurus dan silendris. Bila batang pohon jati tidak silendris, menyebabkan kualitasnya menjadi rendah.
Beberapa ahli
kehutanan menyatakan bahwa semua jenis pohon penghasil kayu cepat tumbuh
akan menghasilkan kualitas kayu (kelas awet dan kelas kuat) yang lebih
rendah dibandingkan dengan pohon dengan umur maksimal. Di sisi lain,
beberapa pengusaha kayu menuturkan bahwa masalah kualitas kayu sudah dapat
dipecahkan dengan teknologi industri. Sifat mudah diolah dan dibentuk dari
pohon cepat tumbuh dapat didifusikan sesuai keinginan pasar. Tingkat
kekerasannya pun dapat direkayasa dengan teknik pengovenan.
Berbagai merek dagang jati varitas unggul
yang telah beredar di pasaran adalah :
No
|
Nama Dagang
|
Produsen
|
Materi Asal
|
1
|
Jati Plus Perhutani (JPP)
|
PT. Perhutani
|
Jawa
|
2
|
Jati Super
|
PT. Monfori Nusantara
|
Thailand
|
3
|
Jati Emas
|
PT. Katama Suryabumi
|
Birma
|
4
|
Jati Unggul
|
PT. Bumundo, PT. Fitotek
|
Jawa
|
5
|
Jati Kencana
|
PT. Dafa Teknoagro Mandiri
|
Jawa Timur
|
6
|
JUL
|
KBP Lamongan
|
Thailan
|
Menanam Pohon Jati
Jati telah lama ditanam dan dibudidayakan di Indonesia oleh negara (Perhutani) maupun oleh masyarakat. Pengetahuan dan pengalaman menanam jati sudah banyak diketahui baik secara konvensional (biji) maupun secara terpadu yaitu penerapan silvikultur intensif, penanaman jati klon unggul, rekayasa genetik dan sebagainya. Secara garis besar, pengadaan bibit jati dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif.
Jati telah lama ditanam dan dibudidayakan di Indonesia oleh negara (Perhutani) maupun oleh masyarakat. Pengetahuan dan pengalaman menanam jati sudah banyak diketahui baik secara konvensional (biji) maupun secara terpadu yaitu penerapan silvikultur intensif, penanaman jati klon unggul, rekayasa genetik dan sebagainya. Secara garis besar, pengadaan bibit jati dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif.
Secara generatif, pengadaan bibit jati dilakukan dengan menggunakan biji.
Biji jati yang akan digunakan dipilih yang masih baru, karena biji jati yang
telah disimpan sangat mudah berkurang daya kecambahnya. Buah jati termasuk
jenis buah batu, memiliki kulit yang keras dan persentase perkecambahan
rendah dibandingkan dengan species lain. Untuk itu perlakuan-perlakuan
tertentu dilaksanakan agar mampu memecah dormansi biji.
Beberapa cara pemecahan dormansi biji yang dapat dilakukan antara lain :
1. Biji direndam dalam air dingin-dijemur dibawah terik sinar matahari, diulang 4-5 hari.
2. Biji jati direndam dalam air dingin-air panas bergantian selama 1 minggu.
3. Biji jati pada bagian epikotil, ditipiskan kulit bijinya dengan cara diamplas, sehingga memudahkan air dan udara masuk kedalam biji.
4. Biji jati direndam dalam larutan asam sulfat pekat (H2S04) selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air dingin setelah itu baru dikecambahkan pada media pasir.
Beberapa cara pemecahan dormansi biji yang dapat dilakukan antara lain :
1. Biji direndam dalam air dingin-dijemur dibawah terik sinar matahari, diulang 4-5 hari.
2. Biji jati direndam dalam air dingin-air panas bergantian selama 1 minggu.
3. Biji jati pada bagian epikotil, ditipiskan kulit bijinya dengan cara diamplas, sehingga memudahkan air dan udara masuk kedalam biji.
4. Biji jati direndam dalam larutan asam sulfat pekat (H2S04) selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air dingin setelah itu baru dikecambahkan pada media pasir.
Pasir yang digunakan dianjurkan untuk disterilkan dengan dijemur dibawah
sinar matahari, digoreng sangrai atau disemprot dengan ”Benlate” agar jamur
dan bakteri pengganggu mati.
Pasir jangan dipadatkan agar memudahkan munculnya daun dan batang muda dari media tabur. Biji disiram secara teratur 2x sehari agar kelembaban terjaga. Naungan diperlukan agar suhu dan kelembaban terjadi dalam kondisi yang lama. Naungan dapat berupa plastik, daun kelapa, atau naungan jenis lainnya.
Pasir jangan dipadatkan agar memudahkan munculnya daun dan batang muda dari media tabur. Biji disiram secara teratur 2x sehari agar kelembaban terjaga. Naungan diperlukan agar suhu dan kelembaban terjadi dalam kondisi yang lama. Naungan dapat berupa plastik, daun kelapa, atau naungan jenis lainnya.
Benih ditanam dengan bekas tangkainya dibawah. Supaya tidak hanyut oleh air
baik karena hujan atau penyiraman, bijinya ditekan ke dalam media sedalam 2
cm kemudian ditimbun. Perkecambahan biji jati biasanya bertahap, sehingga
perlu menunggu agar benih-benih tersebut dapat berkecambah secara sempurna.
Media yang digunakan untuk penyapihan adalah campuran antara pasir : tanah :
kompos (7:2:1). Ukuran polybag yang digunakan adalah 10 x 15 cm. Pemupukan
dilakukan dengan NPK cair (5 gram/liter air ) ketika bibit telah berumur 2
minggu, selanjutnya 2 minggu sekali pemupukan dilakukan hingga bibit berumur
3 bulan dan siap ditanam di lapangan.
Perbanyakan tanaman jati juga dapat dilakukan secara vegetatif atau perbanyakan yang dilakukan tanpa benih/biji, dengan mengambil bagian tanaman seperti daun, batang, tunas dan bagian lainnya. Pembiakan secara vegetatif untuk jati dapat dilakukan dari cara yang sederhana seperti stump, puteran hingga grafting dan kultur jaringan.
Perbanyakan tanaman jati juga dapat dilakukan secara vegetatif atau perbanyakan yang dilakukan tanpa benih/biji, dengan mengambil bagian tanaman seperti daun, batang, tunas dan bagian lainnya. Pembiakan secara vegetatif untuk jati dapat dilakukan dari cara yang sederhana seperti stump, puteran hingga grafting dan kultur jaringan.
Prospek Menanam Pohon Jati
Menanam pohon jati akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran dalam maupun luar negeri di masa yang akan datang. Pada saat ini pasokan kayu jati lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi kurang dari 30% jumlah permintaan yang ada. Situasi ini menyebabkan harga kayu jati terus meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak permintaan ekspor atas produk hasil olahan kayu dan mebel meningkat tajam, yang akhirnya memperbesar jurang antara jumlah pasokan dan permintaan.
Investasi dalam budi daya jati merupakan suatu pemanfaatan dana yang bijaksana. Pada saat yang bersamaan mampu mencapai berbagai tujuan yang memberi keuntungan kepada: lingkungan hidup, perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah, tabungan hari tua untuk diri sendiri, anak-cucu atau ahli waris. Ini merupakan suatu alternatif yang jauh lebih menarik dibanding bentuk perlindungan hari tua yang ada selama ini seperti asuransi, tabungan, saham, dll. Tingkat keuntungan yang sangat tinggi disertai sifat alamiah objek investasi pohon itu sendiri yang pertumbuhannya dapat diproyeksi dan juga resisten terhadap fluktuasi dan gangguan ekonomi.
Sifat alamiah produk ini juga unik karena semakin lama dibiarkan dengan pertumbuhannya maka akan semakin besar ukuran batangnya, dan akhirnya akan meningkatkan nilai jual produk kayu yang dihasilkannya. Tingkat pengembalian investasi dalam budi daya tanaman kayu keras dan unggul dikategorikan sebagai suatu bentuk investasi 'hard asset' yang mampu memberikan tingkat perlindungan tinggi terhadap gejolak inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Menanam pohon jati akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran dalam maupun luar negeri di masa yang akan datang. Pada saat ini pasokan kayu jati lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi kurang dari 30% jumlah permintaan yang ada. Situasi ini menyebabkan harga kayu jati terus meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak permintaan ekspor atas produk hasil olahan kayu dan mebel meningkat tajam, yang akhirnya memperbesar jurang antara jumlah pasokan dan permintaan.
Investasi dalam budi daya jati merupakan suatu pemanfaatan dana yang bijaksana. Pada saat yang bersamaan mampu mencapai berbagai tujuan yang memberi keuntungan kepada: lingkungan hidup, perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah, tabungan hari tua untuk diri sendiri, anak-cucu atau ahli waris. Ini merupakan suatu alternatif yang jauh lebih menarik dibanding bentuk perlindungan hari tua yang ada selama ini seperti asuransi, tabungan, saham, dll. Tingkat keuntungan yang sangat tinggi disertai sifat alamiah objek investasi pohon itu sendiri yang pertumbuhannya dapat diproyeksi dan juga resisten terhadap fluktuasi dan gangguan ekonomi.
Sifat alamiah produk ini juga unik karena semakin lama dibiarkan dengan pertumbuhannya maka akan semakin besar ukuran batangnya, dan akhirnya akan meningkatkan nilai jual produk kayu yang dihasilkannya. Tingkat pengembalian investasi dalam budi daya tanaman kayu keras dan unggul dikategorikan sebagai suatu bentuk investasi 'hard asset' yang mampu memberikan tingkat perlindungan tinggi terhadap gejolak inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Copyright : http://www.irwantoshut.net/info_jati.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar